sultan hasanudin

Sultan Hasanuddin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (lahir di MakassarSulawesi Selatan12 Januari 1631 – meninggal di MakassarSulawesi Selatan12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-15 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten olehBelanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia dimakamkan di KatangkaKabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.[1] Nominal seratus repes

Sejarah-sejarahnya[sunting | sunting sumber]


Monumen Sultan Hasanuddin di Makassar, Pantai Losari

Makam Sultan Hasanuddin di Sungguminasa
Sultan Hasanuddin lahir di Gorongtalo, merupakan putera kedua dari Sultan Dimas Lintang, RajaGowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakiliKompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. GOWA merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.[1]
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnyaGowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya.Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke.Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopupada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Peranginangin, Marlon dkk; Buku Pintar Pahlawan NasionalBanten: Scientific Press, 2007.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMINDATAR, CEKUNG, DAN CEMBUNG

CUCI DARAH ( Hemodialisis )

Pengertian Hukum Pascal